Gambar: Peserta webinar yang diselenggarakan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jumat (11/12).
BANDUNG//JN: Kehadiran media dan agama di ruang publik harusnya seirama dan memiliki harmoni yang bagus. Karena keduanya saling
membutuhkan dan melengkapi satu sama lain. Keduanya bisa melakukan kolaborasi
yang bagus dan bermanfaat untuk masyarakat. Itulah wacana yang mengemuka ketika
webinar yang diselenggarakan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jumat, (11/12).
Dalam situasi dan kondisi yang serba permisif, dan ditopang dengan perkembangan teknologi yang menjadikan setiap orang bisa membuat dan menyebarkan media dengan mudah dan cepat, maka informasi tidak benar dan provokatif beredar bebas di masyarakat. Berita-berita yang tidak sehat dan dapat menyesatkan pembaca.
Sebagaimana
dikatakan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Ahmad Sarbini, bahwa, kegiatan
ini menjadi ajang meningkatkan literasi media, sehingga bisa lebih bijak lagi
dalam memproduksi berita yang nanti akan disalurkan di berbagai media. Ini
sangat sesuai dengan seruan agama, bahwa penting untuk membuat konten media
yang sehat, karena konten media yang sehat merupakan amanat dan harapan
masyarakat. Konten media yang sehat merupakan konten yang mengedepankan
kepentingan publik, dan mengandung nilai-nilai agama dan bebas dari aura dosa
dan kemaksiatan.
“Kegiatan ini menjadi ajang meningkatkan literasi media, sehingga kita bisa lebih bijak lagi dalam memproduksi berita yang nanti akan disalurkan di berbagai media. Dan ini sangat sesuai dengan seruan agama, bahwa penting untuk membuat konten media yang sehat. Karena konten media yang sehat merupakan amanat dan harapan masyarakat. Konten media yang sehat merupakan konten yang mengedepankan kepentingan publik, dan mengandung nilai-nilai agama dan bebas dari aura dosa dan kemaksiatan.” tutur Ahmad Sarbini menegaskan.
Ada anggapan kalau agama dan media tidak bisa bersama, dan agama seringkali dianggap kendala dalam aktivitas media. Justru agama dan media bisa saling membesarkan. Bahkan agama bisa menyelamatkan media. Seperti yang dikatakan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Dr. H. Darajat Wibawa, M.Si.
“Tujuan diadakannya webinar ini ialah kita
mengajak semua pihak untuk memunculkan kesadaran bahwa nilai-nilai agama bisa
mewarnai isi dari media, dan media bisa berperan besar dalam publikasi ajaran
agama.” ungkapnya meyakinkan.
Harus diakui kalau masyarakat sudah banyak berubah berkat kehadiran teknologi komunikasi. Baik perkembangan ke hal yang positif maupun negatif. Di tengah penyampaian materinya, Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indikator Jakarta, memberikan komentar.
“Teknologi bisa memperlebar krisis dan bisa membantu dalam
melakukan strategi komunikasi. Nah UIN Bandung bisa membantu dalam
mempromosikan nilai-nilai agama yang bisa diunggulkan dan ditunggu oleh
masyarakat.” imbuhnya.
Di beberapa media, sudah ada yang memuat dan menyebarkan nilai-nilai agama, terutama di media sosial. Di sini media melakukan komunikasi dengan agama. Seperti yang dikatakan Enok Risdayah, Pakar Media dan Agama Prodi Ilmu Komunikasi FDK UIN Bandung.
“Ada
negosiasi antara agamawan dengan media baru. Karena media memiliki efek positif
dan negatif, namun memiliki kesamaan ruang. Agama yang sakral dan media yang
sekurel bisa menjadi sesuatu yang harmoni. Dan di sini agama dan media
sama-sama bisa meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan.” ungkap Enok Risdayah menegaskan.
Memang isu-isu
seputar agama merupakan salah satu isu yang menarik untuk diliput dan
dipublikasikan. Seperti dituturkan Ati Supriatin, wartawati surat kabar Harian
Galamedia, bahwa berita tentang isu agama banyak memenuhi isi media, bahkan ada sejumlah
media mainstream menjadi headline. Media akan lebih hati-hati ketika melakukan
pemberitaan tentang agama.
Untuk keempat
kalinya Program Studi Ilmu Komunikasi mengadakan webinar di masa pandemi covid
19. Webinar kali ini bertajuk “Geliat Media dalam Bingkai Keberagamaan”, dengan
menghadirkan narasumber dari akademisi, pengamat, dan praktisi dengan jumlah
peserta 300 dari berbagai kalangan, mulai dari praktisi media, akademisi,
mahasiswa dan masyarakat umum. (RM)
No comments:
Post a comment